Oneclick.my.id - Ada momen yang nggak bakal aku lupakan pas pertama kali ke Air Terjun Tekaan Telu di Tinoor, Tomohon. Perjalanannya sendiri bisa dibilang penuh kejutan. Aku selalu suka petualangan di alam terbuka, tapi kadang, ya, ada hal-hal kecil yang bikin kita ngelus dada. Kali ini, aku mau cerita soal betapa berkesannya trekking ke air terjun ini, yang nggak cuma ngasih sensasi visual luar biasa tapi juga pelajaran hidup sederhana.
Kalau kamu seperti aku yang doyan jalan-jalan ke tempat terpencil, mungkin paham banget rasanya berkendara di jalan berliku khas Sulawesi Utara. Dari Manado ke Tomohon, perjalanannya memanjakan mata dengan pegunungan hijau dan udara sejuk yang nggak kalah adem dari AC. Tapi, buat yang gampang mabuk darat, hati-hati ya, jalan ini bisa jadi tantangan. Untungnya, aku tipe orang yang langsung semangat kalau lihat pemandangan keren. Begitu sampai di Kelurahan Tinoor Satu, semangatku makin membara, siap buat menaklukkan Air Terjun Tekaan Telu.
Dulu, jalur ke air terjun ini terkenal menantang, nggak bohong. Jalan lama yang dibuka oleh warga desa setempat memang penuh lika-liku dan melewati perkebunan. Saat musim hujan, jalurnya benar-benar licin dan curam. Jujur, aku sempat denger cerita dari orang-orang tentang turis yang harus berhati-hati banget biar nggak terpeleset. Tapi sekarang, syukurlah, ada jalur baru yang lebih aman dan nyaman. Pemerintah setempat sudah bikin akses aspal mulus dengan pintu masuk yang lebih lebar, dan itu bikin perjalanan jadi lebih santai.
Setelah bayar tiket masuk yang cuma Rp5.000 (serius, ini murah banget!), aku mulai trekking. Jalanan yang dilapisi paving block bikin pengalaman jalan kaki jadi lebih ramah di kaki. Aku nggak nyangka, sih, kalau ternyata jalur ini benar-benar bikin hati adem. Kanan-kiri penuh pepohonan rindang, dan ada aroma khas hutan yang bikin rileks. Pernah nggak sih, kamu merasa seperti benar-benar “disconnect” dari segala hiruk-pikuk kota cuma dengan mendengar suara daun berbisik di tiupan angin?
Trekking di jalur sepanjang 500 meter ini rasanya seperti berjalan dalam mimpi. Aku terus mengagumi pepohonan besar yang kayaknya udah ratusan tahun umurnya. Kadang, aku berhenti sejenak, menghirup udara segar, dan ya… cuma merasakan betapa beruntungnya bisa ada di sana. Nggak ada sinyal ponsel, nggak ada suara bising kendaraan, cuma suara alam yang bikin kita sadar, ini nih, esensi dari melarikan diri sejenak dari rutinitas.
Sebelum sampai di air terjun, aku ketemu beberapa wisatawan lain. Ada yang berkemah di camping ground yang terletak nggak jauh dari jalur utama. Fasilitas buat camping di sini ternyata cukup lengkap, lho. Beberapa pramuka lokal bahkan sering pakai area ini buat kegiatan alam. Kalau kamu senang kemah, bisa coba bawa tenda sendiri dan nikmatin malam di bawah taburan bintang. Ah, andai aku bawa perlengkapan kemah saat itu!
Setelah jalan sekitar 15-20 menit, gemuruh air mulai terdengar. Ini momen yang nggak akan aku lupakan. Jantungku berdebar, bukan karena kecapean, tapi karena antusiasme yang makin membuncah. Begitu tiba di depan Air Terjun Tekaan Telu, aku langsung terkesima. Nama “Tekaan Telu” berarti tiga air terjun dalam bahasa Minahasa, tapi yang unik, sekarang ada empat aliran air terjun. Aneh, ya? Tapi di alam, siapa yang tahu pasti apa yang terjadi. Kadang, keajaiban kecil seperti ini justru bikin pengalaman lebih berkesan.
Air terjun ini gagah, dengan air jernih yang jatuh dari ketinggian 70 meter, menciptakan kabut tipis yang menyegarkan wajah. Berdiri di dekatnya rasanya kayak dapet bonus free spa dari alam. Kalau kamu suka foto-foto, tempat ini surganya. Tapi, hati-hati ya, bebatuan di sekitar air terjun bisa licin. Aku sempat hampir terpeleset gara-gara terlalu asyik berpose, untung masih bisa jaga keseimbangan.
Salah satu hal yang bikin aku kagum adalah bagaimana warga sekitar menjaga kebersihan dan keasrian tempat ini. Jarang banget ada sampah berserakan. Sebenarnya, kalau mau jujur, hal ini nggak lepas dari kesadaran para pengunjung juga. Semoga tempat ini tetap terjaga dan nggak rusak karena ulah manusia. Aku jadi inget, dulu waktu di tempat wisata lain, aku pernah nemu spot keren yang jadi rusak gara-gara pengunjung nggak peduli lingkungan. Please, kalau kamu datang ke sini, jaga alamnya ya.
Sebelum aku pulang, aku mampir ke warung makan kecil di dekat pintu masuk. Beberapa warung di sini menyajikan makanan khas Minahasa yang menggugah selera. Nggak usah khawatir soal bekal, kalau lupa bawa makanan, kamu tetap bisa makan enak di sini. Nasi jaha (nasi yang dimasak dalam bambu) dan ikan bakar jadi pilihan favoritku. Makanan di sini benar-benar melengkapi pengalaman yang nggak akan aku lupakan.
Mengakhiri petualangan di Air Terjun Tekaan Telu, aku merasa lebih segar, seperti baru nge-restart diri sendiri. Rasanya, kapan pun aku ada waktu, aku pengen balik lagi ke sini. Kalau kamu suka wisata alam yang nggak terlalu jauh dari kota tapi tetap menantang, Air Terjun Tekaan Telu harus masuk daftar tempat yang kamu kunjungi. Tapi, jangan cuma datang dan menikmati, yuk, bantu juga menjaga alamnya. Karena ya, kita cuma tamu di rumah besar yang namanya Bumi ini.
Jadi, gimana? Udah siap buat petualangan berikutnya? Trust me, kamu nggak akan nyesel. Siapkan fisik, bawa semangat, dan yang paling penting, jangan lupa simpan kenangan yang tak terlupakan dari setiap langkahmu.
Posting Komentar